Minggu, 07 Februari 2016

Time Paradox - One


Yaampun maaf telat uploadnya, gue sibuk banget ini musim ujian. Nikmati aja ini chapter one dari Time Paradox.

Paradox.

Langit mulai terbuka, lalu segaris lurus cahaya yang menyilaukan dunia turun, beserta dengan manusia-manusia yang entah dari mana asalnya. Ternyata dugaan Dzaki mengenai apa yang akan terjadi di dunia ini benar. Dunia ini akan berakhir dengan cara yang aneh.
Namun percayalah, dibalik semua ini ada sebuah penjelasan yang sangat masuk akal.

“Dzaki, berhenti main-main dengan mesin waktu itu!” perintah Paman Daffa untuk yang kesekian kalinya. Dzaki tidak peduli dengan perintah itu. Ia tetap saja mencari-cari tombol untuk menyalakan mesin terlarang itu.
Dzaki masih berumur 12 tahun, jadi wajar saja ia belum mengetahui apa bahaya yang bisa ditimbulkan dari mesin itu. Namun ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
“Bodoh, memang tidak ada tombolnya..” pikir Paman Daffa. Ia pun pergi ke kamarnya, membiarkan keponakannya mengutak-atik benda terlarang yang berada di rumahnya.
“Dzaki, ayo makan siang! Jangan pedulikan benda bodoh itu lagi!” ajak Fayola, saudara kembar Dzaki,  di ruang makan yang berada 2 lantai di bawah Dzaki.
Dzaki turun sedikit kesal, karena ia tidak bisa menyalakan mesin waktu itu. Mungkin si pembuat mesin waktu tidak sebodoh itu, untuk membuat tombol penyala mesin waktu. Lagipula, mesin waktu itu sudah usang dan pudar warnanya, tanda sudah tua. Belum tentu mesin waktu itu dapat bekerja dengan baik.
“Ha! Kena kau!” Fayola tiba-tiba muncul di depan Dzaki, namun Dzaki tidak kaget. Ia membalikkan rambut Fayola yang cukup panjang hingga menutupi wajahnya, lalu tertawa.
“Paman, kenapa mesin waktu bisa dibuat? Padahal secara ilmiah, mesin waktu tidak bisa dibuat,” tanya Dzaki. Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan oleh anak berumur 12 tahun. Dzaki memang anak yang jenius, namun agak sedikit sulit ketika bersosialisasi.
“Ada, lah, caranya,” jawab pamannya singkat.
Satu-satunya rahasia yang belum diketahui Dzaki.
Begitulah kehidupan bagi Dzaki. Kesehariannya hanya bersekolah dan mengutak-atik mesin itu. Beruntung, Dzaki adalah anak yang pendiam. Mesin waktu itu tidak pernah diceritakannya kepada orang-orang lain, bahkan Denzel, teman terdekatnya.
“Yol, gue keluar bentar, ya. Mau main basket sama Denzel,” kata Dzaki. Ia memang sering bermain basket, apalagi bersama teman sejak kecilnya itu.
“Iya, iya. Cepetan lu,” jawab Fayola seperti biasanya. Sampai sekarang ia masih bingung mengapa saudaranya yang bisa terbilang pendek dibanding pemain basket pada umumnya bisa bermain basket, sedangkan ia yang sama saja pendeknya sama sekali tidak bisa bermain basket.
Setidaknya ia tidak suka bermain-main dengan  mesin waktu. Jika saja mesin waktu itu dapat menyala, pasti akan terjadi kerusuhan yang hebat di berbagai jaman : tahun 1976 sebelum masehi, tahun 2 setelah masehi, sekarang, ataupun 388 tahun lagi. Semuanya akan menjadi kacau balau.
Itulah apa yang setiap hari dipikirkan Paman Daffa, ketakutan terbesarnya yang mungkin saja akan menjadi nyata akibat Dzaki.

“Ah, sial. Kalah lagi. Kalo aja mesin itu bisa nyala, pasti gue udah rematch,” ujar Dzaki kesal setelah kalah one-on-one dengan Denzel.
“Haha, lu udah kalah, ya kalah aja. Nggak usah sok-sokan mesin waktu segala, lu kan bilang lu gapunya,” jawab Denzel sambil tertawa.
“Yaudah, deh. Iya aja gue mah,” ujar Dzaki sambil berjalan kembali ke rumahnya.
“Yah, baper. Yah..” sorak Denzel seraya Dzaki berjalan, merenungi kekalahannya yang ke-7 kali berturut-turut, lebih tepatnya kekalahan dari match pertama sampai ketujuh. Untuk yang kesekian kalinya ia berpikir untuk berhenti bermain basket, lalu mengurus mesin waktu itu saja.
Padahal, sebenarnya ia tidak bisa berhenti bermain basket. Olahraga itu sudah mendarah daging di keluarganya. Kakeknya adalah pemain basket di sekolahnya. Ayahnya, kapten basket tim nasional. Pamannya, mantan pelatih tim basket sekolah. Jika saja ia berhenti bermain basket, pasti ia akan menjadi batu sandungan bagi keluarganya.
Dzaki berjalan pulang dari lapangan basket yang berada sekitar 300 meter dari rumahnya. Di tengah jalan, ia melihat sebuah berita yang ditunjukkan oleh toko televisi yang kebetulan berada di jalan itu.
“Dari bidang pengetahuan dan teknologi, para peneliti sudah menemukan mesin waktu yang bisa bekerja dengan sempurna. Hingga saat ini, mesin itu masih diamankan, demi menjaganya dari penyalahgunaan. Sekian berita teknologi, Senin, 4 Januari 2027.”
“Yes!” Dzaki sangat senang di dalam hati kecilnya. Rasanya ia ingin buru-buru sampai rumah, untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai benda yang selalu ia impikan itu.
Tiba-tiba, setelah melewati toko itu, Dzaki melihat sebuah rumah dengan pintu yang terbuka. Dari dalam rumah itu terdengar bunyi aliran listrik yang cukup aneh. Rumah itu juga sangat berantakan. Dzaki memutuskan untuk masuk ke dalam rumah itu, lalu mendekati benda yang paling mencolok yang mengeluarkan bunyi aneh itu. Mesin itu terlihat mirip dengan apa yang ada di rumah Dzaki – bahkan sama persis, namun mesin ini menyala.
Ya, mesin yang diimpikan Dzaki. Ia mendekati mesin itu perlahan-lahan, lalu kakinya tersandung sesuatu.
Alarm di rumah itu pun menyala. Beberapa orang keluar dari dalam ruangan-ruangan di rumah itu. Dzaki tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Siapa kalian?” tanya Dzaki. Mungkin seharusnya ia tidak bertanya seperti itu.
“Seharusnya kami yang bertanya seperti itu,” jawab seseorang dari kelompok itu dengan tegas.
Dzaki tidak bisa menjawab. Lagipula, siapa yang akan menjawab pertanyaan seperti itu?
“Siapa kamu? Aku bisa saja melemparkanmu ke zaman dinosaurus,” kata orang itu sambil menunjuk ke arah dinosaurus yang terdapat pada mesin itu.
“Siapa peduli?” Dzaki berlari keluar dari rumah yang antik itu, selagi melihat di belakangnya mesin itu sedang dihancurkan, lalu melihat beberapa orang mengejarnya. Berkat ratusan match basket yang sudah ia lakukan, ia tidak dapat terkejar sebelum sampai di rumahnya dengan selamat.
“Mungkin memang mesin itu dihancurkan karena suatu alasan,” pikir Dzaki. Ia tidak peduli. Ia tetap ingin mengetahui dunia perjalanan waktu.
“Yol! Lo nggak bakal percaya cerita ini!”
“Apa sih? Cerita fantasi lo garing banget, gue bosen.”
“Kali ini beneran, Yol! Dengerin gue!”
“...”
“HAH? YANG BENER?”
Mesin itu pasti dihancurkan karena suatu alasan.

IIDE SOOPDFX LG FCEMIWOYAE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar