Yaampun maaf telat uploadnya, gue sibuk banget ini musim ujian. Nikmati aja ini chapter one dari Time Paradox.
Paradox.
Langit
mulai terbuka, lalu segaris lurus cahaya yang menyilaukan dunia turun, beserta
dengan manusia-manusia yang entah dari mana asalnya. Ternyata dugaan Dzaki
mengenai apa yang akan terjadi di dunia ini benar. Dunia ini akan berakhir
dengan cara yang aneh.
Namun
percayalah, dibalik semua ini ada sebuah penjelasan yang sangat masuk akal.
“Dzaki, berhenti main-main dengan mesin waktu
itu!” perintah Paman Daffa untuk yang kesekian kalinya. Dzaki tidak peduli
dengan perintah itu. Ia tetap saja mencari-cari tombol untuk menyalakan mesin
terlarang itu.
Dzaki masih berumur 12 tahun, jadi wajar saja
ia belum mengetahui apa bahaya yang bisa ditimbulkan dari mesin itu. Namun ia
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
“Bodoh, memang tidak ada tombolnya..” pikir
Paman Daffa. Ia pun pergi ke kamarnya, membiarkan keponakannya mengutak-atik
benda terlarang yang berada di rumahnya.
“Dzaki, ayo makan siang! Jangan pedulikan benda
bodoh itu lagi!” ajak Fayola, saudara kembar Dzaki, di ruang makan yang berada 2 lantai di bawah
Dzaki.
Dzaki turun sedikit kesal, karena ia tidak bisa
menyalakan mesin waktu itu. Mungkin si pembuat mesin waktu tidak sebodoh itu,
untuk membuat tombol penyala mesin waktu. Lagipula, mesin waktu itu sudah usang
dan pudar warnanya, tanda sudah tua. Belum tentu mesin waktu itu dapat bekerja
dengan baik.
“Ha! Kena kau!” Fayola tiba-tiba muncul di
depan Dzaki, namun Dzaki tidak kaget. Ia membalikkan rambut Fayola yang cukup
panjang hingga menutupi wajahnya, lalu tertawa.
“Paman, kenapa mesin waktu bisa dibuat? Padahal
secara ilmiah, mesin waktu tidak bisa dibuat,” tanya Dzaki. Pertanyaan yang seharusnya
tidak ditanyakan oleh anak berumur 12 tahun. Dzaki memang anak yang jenius,
namun agak sedikit sulit ketika bersosialisasi.
“Ada, lah, caranya,” jawab pamannya singkat.
Satu-satunya rahasia yang belum diketahui
Dzaki.
Begitulah kehidupan bagi Dzaki. Kesehariannya
hanya bersekolah dan mengutak-atik mesin itu. Beruntung, Dzaki adalah anak yang
pendiam. Mesin waktu itu tidak pernah diceritakannya kepada orang-orang lain,
bahkan Denzel, teman terdekatnya.
“Yol, gue keluar bentar, ya. Mau main basket sama
Denzel,” kata Dzaki. Ia memang sering bermain basket, apalagi bersama teman
sejak kecilnya itu.
“Iya, iya. Cepetan lu,” jawab Fayola seperti
biasanya. Sampai sekarang ia masih bingung mengapa saudaranya yang bisa
terbilang pendek dibanding pemain basket pada umumnya bisa bermain basket,
sedangkan ia yang sama saja pendeknya sama sekali tidak bisa bermain basket.
Setidaknya ia tidak suka bermain-main
dengan mesin waktu. Jika saja mesin
waktu itu dapat menyala, pasti akan terjadi kerusuhan yang hebat di berbagai
jaman : tahun 1976 sebelum masehi, tahun 2 setelah masehi, sekarang, ataupun
388 tahun lagi. Semuanya akan menjadi kacau balau.
Itulah apa yang setiap hari dipikirkan Paman
Daffa, ketakutan terbesarnya yang mungkin saja akan menjadi nyata akibat Dzaki.
“Ah, sial. Kalah lagi. Kalo aja mesin itu bisa
nyala, pasti gue udah rematch,” ujar
Dzaki kesal setelah kalah one-on-one
dengan Denzel.
“Haha, lu udah kalah, ya kalah aja. Nggak usah
sok-sokan mesin waktu segala, lu kan bilang lu gapunya,” jawab Denzel sambil
tertawa.
“Yaudah, deh. Iya aja gue mah,” ujar Dzaki
sambil berjalan kembali ke rumahnya.
“Yah, baper. Yah..” sorak Denzel seraya Dzaki
berjalan, merenungi kekalahannya yang ke-7 kali berturut-turut, lebih tepatnya
kekalahan dari match pertama sampai
ketujuh. Untuk yang kesekian kalinya ia berpikir untuk berhenti bermain basket,
lalu mengurus mesin waktu itu saja.
Padahal, sebenarnya ia tidak bisa berhenti
bermain basket. Olahraga itu sudah mendarah daging di keluarganya. Kakeknya
adalah pemain basket di sekolahnya. Ayahnya, kapten basket tim nasional.
Pamannya, mantan pelatih tim basket sekolah. Jika saja ia berhenti bermain
basket, pasti ia akan menjadi batu sandungan bagi keluarganya.
Dzaki berjalan pulang dari lapangan basket yang
berada sekitar 300 meter dari rumahnya. Di tengah jalan, ia melihat sebuah
berita yang ditunjukkan oleh toko televisi yang kebetulan berada di jalan itu.
“Dari
bidang pengetahuan dan teknologi, para peneliti sudah menemukan mesin waktu
yang bisa bekerja dengan sempurna. Hingga saat ini, mesin itu masih diamankan,
demi menjaganya dari penyalahgunaan. Sekian berita teknologi, Senin, 4 Januari
2027.”
“Yes!” Dzaki sangat senang di dalam hati
kecilnya. Rasanya ia ingin buru-buru sampai rumah, untuk mencari informasi
lebih lanjut mengenai benda yang selalu ia impikan itu.
Tiba-tiba, setelah melewati toko itu, Dzaki
melihat sebuah rumah dengan pintu yang terbuka. Dari dalam rumah itu terdengar
bunyi aliran listrik yang cukup aneh. Rumah itu juga sangat berantakan. Dzaki
memutuskan untuk masuk ke dalam rumah itu, lalu mendekati benda yang paling
mencolok yang mengeluarkan bunyi aneh itu. Mesin itu terlihat mirip dengan apa
yang ada di rumah Dzaki – bahkan sama persis, namun mesin ini menyala.
Ya, mesin yang diimpikan Dzaki. Ia mendekati
mesin itu perlahan-lahan, lalu kakinya tersandung sesuatu.
Alarm di rumah itu pun menyala. Beberapa orang
keluar dari dalam ruangan-ruangan di rumah itu. Dzaki tidak bisa membayangkan
apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Siapa kalian?” tanya Dzaki. Mungkin seharusnya
ia tidak bertanya seperti itu.
“Seharusnya kami yang bertanya seperti itu,”
jawab seseorang dari kelompok itu dengan tegas.
Dzaki tidak bisa menjawab. Lagipula, siapa yang akan menjawab pertanyaan seperti itu?
“Siapa kamu? Aku bisa saja melemparkanmu ke
zaman dinosaurus,” kata orang itu sambil menunjuk ke arah dinosaurus yang
terdapat pada mesin itu.
“Siapa peduli?” Dzaki berlari keluar dari rumah
yang antik itu, selagi melihat di belakangnya mesin itu sedang dihancurkan,
lalu melihat beberapa orang mengejarnya. Berkat ratusan match basket yang sudah ia lakukan, ia tidak dapat terkejar sebelum
sampai di rumahnya dengan selamat.
“Mungkin
memang mesin itu dihancurkan karena suatu alasan,” pikir Dzaki. Ia tidak
peduli. Ia tetap ingin mengetahui dunia perjalanan waktu.
“Yol! Lo nggak bakal percaya cerita ini!”
“Apa sih? Cerita fantasi lo garing banget, gue
bosen.”
“Kali ini beneran, Yol! Dengerin gue!”
“...”
“HAH? YANG BENER?”
Mesin itu
pasti dihancurkan karena suatu alasan.
IIDE SOOPDFX LG FCEMIWOYAE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar